Sindrom
metabolic merupakan suatu kondisi dimana seseorang memiliki tekanan darah
tinggi (hipertensi), kegemukan, kadar gula darah tinggi, dan kadar lemak darah
tidak normal. Ketika kondisi tersebut terjadi
pada waktu yang sama dalam satu orang, maka orang tersebut memiliki resiko
penyakit jantung koroner, stroke, dan diabetes. Etiologi sindrom metabolic
belum dapat diketahui secara pasti. Suatu hipotesis menyatakan bahwa penyebab
primer dari sindrom metabolic adalah
resistensi insulin. Resistensi insulin mempunyai korelasi dengan timbunan lemak
visceral yang dapat ditentukan dengan pengukuran lingkar pinggang waist to hip
ratio. Hubungan antara resistensi insulin dan penyakit kardiovaskuler diduga di
mediasi oleh terjadinya stress oksidatif yang menimbulkan disfungi endotel yang
akan menyebabkan kerusakan vascular dan pembentukan areteroma. Hipotesis lain
menyatakan bahwa terjadi perubahan hormonal yang mendasari terjadinya obesitas
abdominal. Suatu studi membuktikan bahwa pada individu yang mengalami peningkatan
kadar kortisol didalam serum (yang disebabkan oleh stress kronik) mengalami
obesitas abdominal, resistensi insulin dan dislipidemia. Para peneliti juga
mendapatkan bahwa ketidakseimbangan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal yang
terjadi akibat stress akan menyebabkan terbentuknya hubungan antara gangguan
psikososial dan infark miokard.
Faktor resiko ini ada
yang bisa diubah dan ada yang tidak bisa diubah.
1.
Yang
tidak bisa diubah antara lain :
·
Pertambahan
usia
·
Keturunan
(genetic)
·
Jenis
kelamin
2.
Yang
bisa diubah antara lain :
·
Kegemukan
·
Kadar
gula darah tinggi
·
Tekanan
darah tinggi
·
Kadar
kolesterol tidak normal
·
Kadar
trigliseida tinggi
·
Pola
makan yang salah
·
Kehidupan
yang stress
·
Penggunaan
substansi yang merugikan kesehatan seperti : alcohol, rokok, atau obat-obatan
yang fungsinya menaikkan gula darah seperti kortikosteroid.;
·
Kolesterol
HDL
- Kasus
a)
Identifikasi
masalah
Melati
berusia 14 tahun, berat badan 83 kg, tinggi badan 160 cm, mengeluh sering sakit
kepala sejak dua bulan yang lalu dan sakit kepalanya menghilang setelah mengkonsumsi obat
analgesic dan istirahat. Dua bulan terakhir dia mudah merasa lelah dan 3 bulan
terakhir dia sering merasa haus dan sering berkemih.
b)
Riwayat
·
Ayah
penderita hipertensi
·
Ibu
dan kakek penderita diabetes
·
Melati
mempunyai nafsu makan yang besar sejak kecil
c)
Pemeriksaan
fisik
·
Tekanan
darah 160/95 mm/Hg
·
Acanthosis
nigricans
·
Central
obesity (diameter perut 110 cm)
d)
Pemeriksaan
laboratorium
·
Reduksi
urine ++
·
Mikroalbuminuria
+
·
Glukosa
darah 298 mg/dl
·
HbA1C
8,6 %
·
BSN
146 mg/dl
·
BSPP
246 mg/dl
·
Albumin
4,8 g/dl
·
Kolesterol
total 220 mg/dl
·
Kolestero
HDL 38 mg/dl
·
Trigliserida
237 mg/dl
·
Kreatinin
klirens 120 ml/menit/1,73 m2
A. Analisis
Masalah
1.
BMI
melati dan Interprestasinya
BMI =
BMI =
BMI = 32,421 kg/m2
Berdasarkan criteria WHO 1998,
melati mengalami obesitas tingkat 1 yang memiliki resiko kesehatan tingkat
tinggi.
Interprestasi hasil :
Normal 18,5 -24,9 kg/m2
Overweight :> 25
·
Pre
obesitas : 25,0 – 29,9 kg/m2 (meningkat)
·
Obesitas
1 : 30,0 – 34,9 kg/m2 (sedang)
·
Obesitas
2 : 35,0 – 39,9 kg/m2 (berbahaya)
·
Obesitas
3 : > 40,0 kg/m2 (sangat berbahaya)
Penyakit yang beresiko muncul
akibat obesitas :
·
Diabetes
type 2
·
Hipertensi
·
Stroke
·
Infark
Miokardium
Berat Badan ideal
untuk Melati diukur dengan cara Borca, yaitu :
BB ideal = (TB – 100)
– 10% (TB -100)
= (160 – 100) – 10% (160 – 100)
= 54 kg
Tinggi Badan
rata-rata pada perempuan usia 14 tahun berdasarkan NCHS 2002 adalah 63,8 inch
atau 162 cm
2.
Sakit
kepala Melati sejak 2 bulan terakhir
Sakit
kepala yang dialami Melati utamanya berkaitan dengan Prostagladin. Patologisnya
adalah Melati memiliki hipertensi, hal ini menyebabkan mudahnya terjadi
perubahan vascular, perubahan vascular ini baik langsung maupun tidak langsung
menyebabkan stimulus nyeri yang ditangkap oleh nosiseptor pada sel yang bersangkutan.
Kerusakan tersebut menimbulkan rangsangan ke hipotalamus untuk memproduksi
prostaglandin.
3.
Penyebab
Melati mudah lelah sejak dua bulan terakhir
Disebabkan
karena resistensi insulin yang dialami Melati sehingga terjadi gangguan pada
sel tubuhnya untuk menggunakan glukosa yang ada di plasma walaupun kadar
glukosa darah tinggi, sehingga aktifitas pembentukan energy yang berasal dari
glukosa menjadi berkurang dan energy yang terbentuk sedikit sekali. Apabila nilai glukosa darah
meningkat diatas 180 mg/dl (nilai ambang darah untuk timbulnya glukosa dalam
urine).Volume urine meningkat akibat terjadinya dieresis osmotic dan kehilangan
air yang bersifat obligatorik pada saat bersamaan (poliuria), kejadian ini
selanjutnya menyebabkan dehidrasi (hiperosmolaritas). Glukosuria menyebabkan
kehilangan kalori yang cukup besar (4,1 kkal / gram karbohidrat yang
disekresikan keluar) sehingga hal tersebut menyebabkan Melati lelah berlebihan.
Energi dihasilkan apabila terdapat glukosa dan oksigen. Pada kasus Melati,
kadar Hb yang mengikat oksigen dalam darah mengalami penurunan transport
oksigen. Sedikitnya oksigen ini mengakibatkan sedikit glukosa yang dipecah
menjadi energy, akibatnyv Melati menjadi mudah lelah.
4.
Sering
haus dan buang air kecil
Polidipsi
(sering haus) è
dehidrasi sel è
volume cairan ekstraseluler menurun è poliuria è dieresis osmotic è glikosuria è kadar gula darah yang akan direabsorbsi di tubulus
ginjal meningkat è
filtrasi di tubulus ginjal meningkat dan hiperosmotik plasma è ekstraseluler hiperglikemia è glukosa tetap disirkulasi è gangguan transduksi GLUT 4
mengikat glukosa untuk masuk kedalam sel
è hiperinsulinemia è resistensi insulin.
5.
Hubungan
lelah, mudah haus, sering buang air kecil, dan polifagi
Mekanisme
: Melati memiliki nafsu makan yang tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa
asupan glukosa yang didapatnya juga tinggi. Pada keadaan normal hal ini tidak
akan menjadi masalah. Tetapi pada kasus ini terlihat beberapa gejala klinis
yang dialami oleh Melati dan hal itu diduga terjadi akibat adanya gangguan pada
proses pengaturan metabolisme glukosa yang melibatkan insulin. Mungkin karena
sekresinya yang berkurang, kerusakan pada sel yang memproduksinya, atau karena reseptornya yang kurang sensitive
terhadap pengikatan glukosa.
Pada
kasus ini Melati mengalami dislipidemia yang mengacu pada hiperglikemia. Suatu
keadaan yang hiperglikemia akan mempengaruhi kerja tubulus ginjal mengingat
perannya mereabsorbsi kembali glukosa. Kadar glukosa yang dapat ditoleransi
oleh ginjal hanya mencapai 160-180 mg/dl. Jika lebih dari kadar tersebut maka
akan terjadi glikosuria, glukosa keluar bersama urine. Pengeluaran kadar
glukosa yang tinggi ini membutuhkan air yang cukup banyak. Pada kasus Melati,
kemungkinan terjadi gangguan reseptor insulin untuk mengaktifkan GLUT 4 yang
akan membawa glukosa masuk ke dalam sel. Keadaan ini akan menimbulkan
hiperglikemik pada ECF dan hipoglikemik pada ICF, memaksa tubuh untuk
mempertahankan homeostasis dengan cara pengeluaran urine yang meningkat
(poliuri).
Setelah
terjadi poliuria maka kadar glukosa darah akan
menurun tetapi bersamaan dengan itu, air yang digunakan untuk transport
glukosa juga telah banyak hilang sehingga menyebabkan respon rasa haus pada
hipotalamus hingga akhirnya terjadi polidipsi.
Gangguan
insulin dan reseptornya membuat glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga
proses glikolisis juga terganggu, akhirnya energy yang dihasilkan akan
berkurang dan menyebabkan lemas. Disamping itu sel kekurangan glukosa akan
menyebabkan respon untuk makan banyak.
Penyebab
polifagi : Polifagi timbul karena terjadinya poliuria dan polidipsi, dimana ketika
tubuh tidak sanggup memetabolisme karbohidrat yang kita makan akibat terjadinya
resistensi insulin, tubuh akan kehilangan kalori, sehingga rasa lapar semakin
besar.
Dampak
polyphagia: Nafsu makam yang berlebihan sejak kecil merupakan salah satu factor
penyebab obesitas yang dialami Melati. Pada orang obesitas biasanya terjadi
pembesaran pada sel-sel lemaknya sehingga mempengaruhi reseptor insulin yang
terdapat di sel yang berakibat pada perubahan struktur/bentuk reseptor sehingga
insulin tidak dapat berikatan dengan reseptornya di sel.
6.
Hubungan
antara obesitas dengan resistensi insulin dan terjadinya hiperglikemia:
Hiperglikemia
è transportasi glukosa kedalam sel
tergangguètransmisi sinyal tidak terjadièaktifitas tirosinkinase hilangèikatan antara insulin dan
reseptor tidak terjadièreseptor
IGF-1 di sel di sel selain sel adipose menjadi rusakèpengaturan kerja insulin kacauèhiperinsulinemiaè respon tubuh : produksi lebih
insulin èpada orang obesitas, jumlah
reseptor IGF-1 yang juga merupakan reseptor untuk insulin berkurang.
7.
Hubungan
penyakit melati dengan riwayat keluarga
Diabetes
mellitus adalah penyakit multifaktorial inheritance. Keturunan atau herediter
hanya sebagai factor predisposisi, yang dipengaruhi oleh lingkungan dan gaya
hidup. Hipertensi yang memiliki predisposisi genetic adalah hipertensi primer.
Ibu melati menderita diabetes, apabila seorang wanita memiliki kadar glukosa
yang tinggi selama masa kehamilan maka fetus akan ikut melakukan proses
adaptasi dengan cara meningkatkan kerja insulin yang dihasilkan sel beta pulau
Langerhans dan kemungkinan besar melati dilahirkan dalam kondisi giant baby.
Hal itu pula yang memicu perubahan nilai normal pusat lapar pada Melati sehingga
ia memiliki nafsu makan yang lebih besar dibandingkan anak-anak normal.
8.
Lemak
dan kolesterol abnormal.
Kadar
asam lemak merupakan predictor yang kuat untuk resistensi insulin. Adanya glukosa dalam tubuh yang berlebihan selain diubah
menjadi glikogen juga diubah menjadi lemak. Lemak disimpan dalam bentuk
trigliseride. Kadar normal trigliserid adalah kurang dari 200 mg/dl. Pada kasus
Melati kadar Trigliseride adalah 237 mg/dl sehingga abnormal/hiperlipidemia.
Kolesterol LDL membawa trigliserid dari hati ke sel tubuh dan kolesterol ke
jaringan adipose. Selain itu lemak di absorbsi dalam bentuk kilomikron,
sebagian kilomikron akan disimpan dalam bentuk trigliseride pada sel-sel adipose. Sedangkan sebagian
lagi dibawa ke hati dan diubah menjadi kolesterol, yang utamanya adalah LDL dan
HDL. Kadar koleterol total < 200
mg/dl (pada kasus Melati kolesterol total 220 mg/dl sedangkan kolesterol HDL membawa
kolesterol di dalam darah menuju hati untuk dikeluarkan dari hati dalam bentuk
empedu. Kadar normal LDL adalah <
normal) dan kadar normal HDL adalah 130 mg/dl (pada kasus
Melati LDL 105 mg/dl sehingga abnormal dan kadar HDL Melati adalah 38 mg/dl ).
Protein plasma normal.
Hiperalbuminemia
dapat membuat plasma intrasel tertarik ke extrasel, sehingga menyebabkan
sel-sel mengalami dehidrasi dan karena
terjadinya peningkatan metabolisme lemak atau lipolisis meningkat sehingga
dibutuhkan pengangkut hasil metabolic (FFA). Kadar albumin dalam serum adalah
3,8 – 4,4 g/dl (pada kasus Melati 4,8 g/dl).
0 komentar:
Posting Komentar